Hai teman-teman ‼️👏 Selamat datang dan semangat menggali informasi yang menarik yaa🔮
‧₊˚ ☁️⋅♡🪐༘⋆────୨ৎ─────୨ৎ────°❀⋆.ೃ࿔*:・Banten, provinsi di ujung barat Pulau Jawa, menyimpan pesona yang tak terbantahkan. Selain keindahan alamnya yang memukau, Banten juga kaya akan warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Dari kesenian tradisional yang unik seperti debuss dan pencak silat, hingga kuliner khas yang menggugah selera, Banten siap mengajak Anda dalam perjalanan budaya yang tak terlupakan. Pernah dengar tentang debuss? Atau penasaran dengan keindahan alam dan budaya Banten? Yuk, kita eksplor bersama!
Provinsi Banten adalah salah satu Provinsi di Pulau Jawa yang masuk ke dalam wilayah administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah Provinsi Banten terletak pada titik koordinat 105⁰01'11"- 106⁰07'12" Bujur Timur dan 05⁰07'50" - 07⁰01'01" Lintang Selatan. Wilayah tersebut berbatasan dengan sejumlah wilayah di sekitarnya, sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.
Kemudian, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda. Sedangkan sebelah timur berbatasan dengan DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Provinsi Banten memiliki ibu kota yang terletak di Kota Serang dengan luas wilayah 9.662,92 Km2. Wilayah tersebut tediri dari 4 Kota, 4 Kabupaten, 155 Kecamatan, 1.238 Desa, dan 313 Kelurahan.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten tahun 2021, total populasi Provinsi Banten mencapai 12.145.161 jiwa. Penduduk Provinsi ini mayoritas memeluk agama Islam dengan persentase lebih dari 94 persen. Selebihnya, merupakan pemeluk agama lain seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghuchu.
Rumah adat Sulah Nyanda adalah bangunan tradisional yang dimiliki oleh suku Baduy di Provinsi Banten. Nama "Sulah Nyanda" berasal dari bahasa Sunda, di mana "nyanda" berarti sikap bersandar, dan "sulah" merujuk pada atap rumah yang terbuat dari daun nipah yang dikeringkan.
Rumah ini memiliki bentuk empat persegi panjang dengan atap yang unik, terbuat dari anyaman daun nipah dan dihiasi dengan tanduk-tanduk yang terbuat dari ijuk (sabut aren). Pembangunan rumah adat ini dilakukan dengan cara gotong royong menggunakan bahan-bahan alami seperti kayu, bambu, dan batu kali, yang diatur untuk mengikuti kontur tanah.
Dikutip laman resmi Pemerintah Provinsi Banten, mayoritas penduduk asli di Provinsi Banten berbicara menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara Provinsi Jawa Barat).
Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan Seperti Lebak dan Pandeglang menggunakan Bahasa Sunda Campuran, Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia.Sedangkan, di Serang dan Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi.
1. Pangsi
Pangsi adalah pakaian sehari-hari masyarakat Banten yang berasal dari istilah “Pangeusi Numpang ka Sisi”. Cara pemakaiannya yaitu dibelitkan dengan posisi menumpang, seperti halnya menggunakan sarung. Pakaian adat Banten Pangsi memiliki tiga susunan yaitu Tangtung, Nangtung, dan Samping.
2. Busana Adat Baduy Luar
Berbeda dengan Baduy Dalam, baju adat Baduy Luar sudah berkembang dari segi desain hingga pembuatannya. Baju adat ini didominasi warna hitam sehingga mirip pakaian adat Kalimantan Utara yaitu Sapei Sapaq. Namun, desainnya lebih dinamis dan disematkan kantong hingga disebut baju kelelawar. Di masyarakat Baduy Luar, pakaiannya sudah dilengkapi kancing, kancing kantong karena prosesnya melibatkan mesin jahit. Ciri khas lainnya dari pakaian adat Banten ini ada pada ikat kepalanya yang berwarna biru tua bermotif batik.
3. Pakaian Adat Pengantin
Masyarakat Banten juga memiliki pakaian adat Banten pengantin yang dikenakan untuk mempelai pria dan wanita. Pengantin pria akan mengenakan baju koko berkerah dengan bawahan kain samping atau batik. Terdapat pula sabuk, penutup kepala, memakai selop, hingga senjata tradisional Banten berupa keris.
Banyak pula yang memakai aksesoris seperti mahkota binokasih yang merupakan peninggalan Kerajaan Banten. Sedangkan pengantin wanita memakai kebaya putih hingga sepanjang pinggul dan kain batik. Aksesorisnya seperti selendang yang diselempangkan di bagian bahu dan selop sebagai alas kaki.
Banten memiliki banyak hal menarik untuk digali, salah satunya berbagai tradisi yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ada banyak kesenian Banten yang menarik untuk diketahui. Bukan hanya itu saja, berbagai kesenian ini juga masih dilestarikan hingga saat ini. Hal ini menjadi salah satu bentuk kecintaan masyarakat Banten pada tradisi leluhur mereka.
Berikut ini adalah beberapa kesenian Banten yang unik dan masih dijalankan hingga saat ini:
1. Debus Surosowan
Debus Surosowan menjadi salah satu kesenian yang paling populer dari Banten. Bukan hanya di kalangan masyarakatnya saja, namun kesenian yang satu ini bahkan dikenal hingga seluruh nusantara.
Debus merupakan atraksi yang dilakukan dengan menggunakan benda tajam, seperti: golok, paku, air keras, dan yang lainnya.
2. Patingtung
Patingtung dikenal sebagai usik pengiring untuk tarian khas pencak silat. Alat musik ini juga dikenal dengan nama kendang pencak. Perangkat ini terdiri dari 2 buah kendang kecil, 1 buah gong kecil, serta sebuah kulenter. Biasanya patingtung akan ditabuh untuk mengiringi pertunjukan aksi para pesilat yang sedang memperagakan berbagai jurus tradisional.
3. Ketimpring
Ketimpring merupakan alat musik berbetuk rebana dengan jumlah 12 buah. Perangkat ini terdiri dari terbang kecil maupun terbang besar dan ditabuh bersamaan dengan lantunan pujian dalam bahasa Arab. Ada 4 alat utama dalam ketimpring, yaitu: indung, pancer, penyela, dan juga penelu.
•Senjata Tradisional Banten
Golok Ciomas merupakan senjata tradisional Banten yang sangat bersejarah. Nama Ciomas ini diambil dari daerah asal pembuatan golok di daerah Banten, yakni Kecamatan Ciomas.
Bentuknya tidak berbeda dengan golok-golok lain pada umumnya. Namun, Golok asal Ciomas memiliki keistimewaan tersendiri. Salah satunya dari segi pembuatannya yang harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang tidak tertulis.
Biasanya, hal ini dilakukan dari generasi ke generasi pada zaman Kesultanan Banten. Proses pembuatannya pun tak boleh sembarangan. Para sesepuh di Ciomas masih memegang kuat tradisi pembuatan Golok Giomas. Menurut para pengrajin aslinya, Golok Ciomas hanya boleh dibuat oleh keturunan asli dari si pembuat pertamanya. Bahkan, bahan utama besinya didapatkan dari hasil menggali tanah keramat leluhur Banten di Ciomas.
- Makanan Khas Daerah Banten
1. Sate Bandeng
Olahan ikan bandeng pada umumnya disajikan dalam bentuk yang masih utuh. Bentuk ikannya masih terlihat. Entah itu bandeng presto, pindang bandeng, goreng ikan bandeng, atau pun sup ikan bandeng. Nah di Banten, olahan ikan bandeng ini berbeda. Bandeng disajikan dalam bentuk sate bandeng.
Jangan bayangkan bentuk sate bandeng ini seperti sate ayam, sate sapi, sate kambing, atau sate-sate lain pada umumnya. Sate ikan bandeng bentuknya merupakan daging ikan bandeng yang dipisahkan. Setelah diberi bumbu bawang merah, garam, gula merah, ketumbar, dan santan, kemudian dikepal dan dilapisi kulit bandeng yang ditempelkan di batang bambu. Barulah kemudian dibakar.
Asal kamu tahu, pengolahan ikan bandeng dengan menghilangkan durinya dan kemudian dikepal, dibumbui, serta dibungkus kulit bandeng ini sudah dilakukan sejak lama, lho. Yakni sejak zaman Kerajaan Banten Girang, di abad ke-16, oleh juru masak kerajaan.
2. Ketan Bintul
Penganan yang satu ini merupakan salah satu menu berbuka puasa di Banten. Konon, hidangan ini sudah ada sejak abad ke-16, sebab memang ketan bintul ini adalah salah satu makanan takjil favorit dari Sultan Banten.
Ketan bintul bentuknya berupa ketan putih yang dicampur dengan serundeng dan kemudian dikukus bersama santan dan juga rempah-rempah. Rasanya yang gurih juga cocok jika disantap bersama kuah atau pun daging empal sebagai pengganti nasi.
Nah, Itu dia Kekayaan budaya yang ada di Banten, sungguh menarik dan unik ya, kita jadi bisa belajar keragaman budaya yang ada di Banten. Tungguin Provinsi Lain nya ya, see u soon‼️💥
‧₊˚ ☁️⋅♡🪐༘⋆────୨ৎ─────୨ৎ────°❀⋆.ೃ࿔*:
sumber :
Komentar
Posting Komentar